Wawancara Eksklusif, Ex Pasien : Yang Bilang COVID-19 Tidak Ada, Itu Bohong

Ambon, PPID – Beredarnya isu bahwa pandemi Corona Virus Desease (COVID-19) merupakan penyakit rekayasa yang faktanya tidak pernah ada, dibantah oleh salah satu mantan pasien (Ex-Pasien) terkonfirmasi.

Saat diwawancarai Tim Media Center, Kamis (9/7/2020), di Balaikota Ambon, seorang Ex-Pasien COVID-19, PM membantah dengan tegas isu tersebut. Menurutnya COVID-19 benar-benar ada dan bisa menjangkit siapa saja. Berikut wawancara Tim Media Center dengan Ex-Pasien dimaksud.

MC : Selamat yah, saudara kini telah sembuh dan bisa beraktivitas seperti dulu lagi.

PM : Terima Kasih,Pak. Saya bersyukur sudah bisa sembuh dan bisa kembali berkumpul bersama keluarga.

MC : Boleh diceritakan singkat, bagaimana saudara bisa terjangkit COVID-19, dan apa yang anda rasakan secara fisik, ketika dinyatakan sebagai salah satu pasien terkonfirmasi?

PM : Pertama-tama, saya mau bilang kepada masyarakat, COVID-19 itu benar-benar ada, bukan rekayasa, dan saya merasakannya. Yang bilang COVID-19 tidak ada, itu bohong. Saya merupakan klaster dari pasien LS, ketika LS dinyatakan positif, saya diminta ikut dalam pemeriksaan rapid test, dan dinyatakan reaktif. Setelah dinyatakan reaktif, saya dan beberapa orang lainnya yang juga memiliki hasil reaktif, diminta untuk mengikuti isolasi terpadu. Beberapa hari berselang, saya mengikuti SWAB TEST dan sesuai hasil test yang dikeluarkan 3 (tiga) setelahnya, saya dinyatakan positif.

MC : Setelah mengetahui diri saudara positif, apa yang saudara rasakan?

PM : Ketika hasil pemeriksaan saya keluar dan saya dinyatakan positif, saya kemudian dipindahkan ke LPMP. Perasaan saya ketika mengetahui saya merupakan pasien terkonfirmasi, saya drop, saya sempat stress dan itu membuat kondisi fisik saya sempat menurun. Tapi kemudian saya mencoba melawan ketakutan saya dengan menerima diri sebagai salah satu pasien terkonfirmasi.

MC : Jadi maksud Saudara, yang membuat semakin parah adalah pasien yang terlanjur takut dan stress?

PM : Iya, saya yakin itu. Kelemahan mental menjadi faktor yang membuat kondisi seseorang pasien menjadi turun dan semakin parah, faktor berikutnya adalah penyakit bawaan. Saya sendiri menjalani isolasi di LPMP selama 22 hari, itu cukup lama, karena saya memiliki penyakit bawaan asma dan asam lambung. Namun, dari pengalaman yang saya alami, ketika seorang pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit bawaan dan memiliki mental yang cukup kuat, proses kesembuhannya semakin cepat.

MC : Seringkali para pasien sendiri mampu mengontrol ketakutan mereka, namun ada juga faktor lain yang turut mempengaruhi mental seorang pasien. Intimidasi dari lingkungan, pengucilan dari masyarakat, dan lain-lain. Bagaimana menurut saudara?

PM : Itu benar. Saya melihat sampai sekarang, masyarakat masih ada yang menganggap COVID-19 adalah AIB, dan itu keliru. Itu penyakit menular, dan itu adalah musibah. Siapa saja bisa tertular COVID-19. Jadi saya minta kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan para pasien, mereka juga menjadi korban atas ketidaktahuan mereka, atas ketidakpedulian mereka terhadap anjuran Pemerintah maupun tim kesehatan, atas kelalaian mereka. Tolong, jangan kucilkan mereka, dukung mereka, doakan mereka agar bisa sembuh, karena memang COVID-19 itu pasti sembuh, selama tidak ada penyakit bawaan yang kronis. Saya contohnya. Saya sembuh dari COVID-19 dan saya sudah memegang sertifikat kesembuhan tersebut.

MC : Dengan demikian, apa yang ingin saudara sampaikan kepada masyarakat diluar sana tentang pandemi COVID-19 ini?

PM : Ingin saya tegaskan sekali lagi, COVID-19 itu ada. Benar-benar ada, dan bisa menular kepada siapa saja. Karena itu saya minta kepada masyarakat Kota Ambon dan Provinsi Maluku, ikuti protokol kesehatan yang ditetapkan, jangan masa bodoh kalau tidak ingin menjalani masa karantina hanya untuk menunggu kesembuhan atau menjadi semakin parah, karena penyakit bawaan yang mungkin belum diketahui. Bantu Pemerintah untuk memutus rantai penyebaran pandemi ini. Yang terakhir saya mau bilang, jangan stress, jangan berpikiran negatif karena hal itu berpengaruh pada menurunnya imun tubuh, sehingga mudah tertular dan Tetap Jaga Kesehatan. (MCAMBON)

Please follow and like us:

Comments are closed.