Pemkot Ambon Gelar Lomba Bertutur dan Mewarnai Tahun 2013

Ambon-PPID, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon melalui Dinas Pendidikan, menggelar lomba bertutur dan mewarnai bagi anak-anak PAUD dan SD di Kota Ambon. Lomba yang berlangsung di Balai Kota Ambon, Jumat (19/7), mengusung tema “Indonesia yang ramah dan peduli anak dimulai dari pengasuhan dalam keluarga” dan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Kota (Sekot) Ambon, A. G. Latuheru, SH,M.Si Turut hadir pada acara tesebut, para Asisten, Staf Ahli serta jajaran pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkup Pemkot Ambon.

lomba bertuturLomba bertutur dan mewarnai yang diikuti oleh 30 peserta dari lima kecamatan di Kota Ambon ini, bertujuan untuk menunjukan kreatifitas dan imajinasi anak, dalam melakukan aktifitas mengolah satu cerita. Sehingga dapat bermanfaat dalam mendidik mentalitas kreatifitas, objektifitas dan rasa kebersamaan sebagai generasi penerus masa depan bangsa di masa datang.

Dalam arahannya, Sekot mengatakan, lomba bertutur ini adalah lomba bercerita tentang cerita-cerita rakyat, yang pada waktu dulu pernah muncul namun kini mulai hilang seiring dengan perkembangan zaman.

“Cerita rakyat perlu diceritakan kepada generasi kita sekarang ini. Karena itu semua adalah warisan budaya untuk nantinya mereka ceritakan lagi kepada anak-anak mereka. Artinya akan ada generasi-generasi penerus yang bercerita tentang cerita rakyat kita, dan warisan budaya itu tetap akan terjaga dan tidak akan hilang. Semoga apa yang mereka ceritakan akan menjadi bekal bagi mereka pribadi, tetapi juga bagi kita sebagai orang tua yang mendengar. Misalnya cerita tentang nenek luhu, arman pardidu, batu batangke dan sebagainya. Saya berharap ini menjadi bahan cerita kita kedepan dan menjadi warisan budaya untuk terus di kembangkan,” paparnya.

Terlepas dari itu, dirinya mengaku, baru beberapa tahun terakhir ini anak-anak diberikan ruang yang lebih besar untuk berkreasi dalam rangka meningkatkan pikiran dan ide-ide cemerlang yang dimiliki.

Selaku orang tua atau orang yang lebih dewasa, diperlukan teknik khusus untuk bisa memahami setiap persoalan yang dialami anak. Orang tua, lanjut Sekot, seharusnya bisa mensejajarkan diri serta menempatkan posisi pada situasi yang alami anak. Sehingga orang tua bisa dengan mudah mendengarkan aspirasi anak.

“Karena itu, model pembinaan anak yang mesti kita kembangkan sekarang ini adalah menjadi orang tua yang dengan sabar dan setia mendegar jeritan yang disampaikan anak–anak.  Jika ingin mengetahui isi hati anak, maka posisi kita bukan sebagai orang tua, melainkan teman. Dari situ baru mereka bisa menyampaikan apa yang mereka inginkan,” tegas Sekot.

Dirinya menambahkan, selama ini pola pembinaan anak yang kebanyakan dipakai orang tua adalah dengan cara kekerasan dan bentakan. Hal tersebut, menurut Sekot, tidak bisa lagi dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini. Dengan demikian, orang tua tidak akan bisa tahu apa yang menjadi keinginan anak-anak, karena anak juga tidak akan berlaku terbuka.

Pola yang mesti ditanamkan, katanya, adalah penghargaan kepada orang tua, penghargaan kepada kakak dan oarng yang lebih tua serta bagaimana anak-anak bisa menyayangi adik-adik. Jika hal ini tidak dijaga sejak dini, maka dirinya memastikan pertumbuhan anak-anak akan menjadi generasi muda yang kehilangan arah.

“Nilai-nilai saling menghormati ini yang harus kita terapkan dan kita pelihara untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ini bisa kita kembangkan dalam kembangkan tumbuh anak, saya percaya anak-anak kita di Ambon dan Maluku akan menjadi anak-anak yang berhasil dan sukses,” tandasnya. (WP)

Please follow and like us:

Comments are closed.