Dukung Ambon Sebagai Kota Musik Dunia, Sanggar Luleba Gelar Festival Suling Bambu

Ambon,PPID – Sebagai bentuk dukungan kepada Ambon sebagai Kota Musik Dunia, Sanggar Seni Luleba menggelar Festival Suling Bambu.

Festival yang dikhususkan bagi pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini diselenggarakan di Taman Budaya, Senin (26/8/29) dan diikuti oleh kurang lebih 74 peserta.

Ketua Sanggar Luleba, Wilhelmina Tetelepta menjelaskan jumlah peserta yang telah mendaftar untuk mengikuti lomba ini sebanyak 74 peserta yang mana setiap grup terdiri dari 21 orang yakni 20 peniup suling dan satu dirigen.

Dikatakan, festival itu digelar sebagai upaya melestarikan musik tradisional saat ini hampir punah karena keberadaan instrumen-instrumen modern.
“Selain itu, festival ini juga sebagai bentuk dukungan bagi Ambon sebagai Kota Musik. Prinsipnya kita ingin membuat sesuatusebagai bentuk dukungan bagi pemerintah,” terangnya.

Tetelepta mengakui, selama ini Pemerintah sudah banyak memberikan bantuan kepada sanggar, baik dalam bentuk regulasi ataupun kebijakan. “Dan ini merupakan suatu bukti kami dari komunitas untuk mempertanggungjawabkan kepada masyarakat,” ucapnya.

Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon, A.G. Latuheru saat membuka kegiatan menyatakan, suling bambu merupakan salah satu alat musik tradisional yang tidak asing, secara khusus di Maluku instrumen musik suling bambu memiliki perbedaan dengan daerah lain.

Sekkot menjelaskan, Suling bambu dari Jawa yang memiliki skala nada pentatonik, lima not per oktaf. Sedangkan Maluku mengadopsi skala diatonik mirip dengan alat musik barat, hal ini membuat suling bambu Maluku mudah memainkan komposisi lagu barat modern maupun klasik.

Selain itu alat musik ini juga dikenal sebagai alat musik pemersatu dua komunitas di Maluku, yakni komunitas Muslim dengan musik hadrat, dan komunitas Kristen kerap dimainkan sebagai instrumen pengiring liturgi, pada ibadah di gereja.

Dijelaskan, tahun 2018 di Kota Ambon telah digelar Amboina internasional bamboo music festival yakni evan bertaraf internasional, dengan musik suling bambu sebagai ikonnya.

“Festival ini seharusnya mendapat sambutan positif untuk mengembangkan potensi suling bambu Maluku yang khas serta berbeda dengan daerah lainnya,” ujar Sekkot.

Even ini lanjutnya, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya pengembangan musik sebagai ciri khas dan identitas masyarakat Ambon, karena musik bagi orang Ambon sesungguhnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan.

“Semangat ini yang melatarbelakangi Pemkot Ambon melalui program Ambon City of Music yang akan segera diakui dan disahkan oleh UNESCO di tahun ini,” tandasnya.

Diketahui, pada festival tersebut, peserta akan memainkan 2 (dua) lagu, yakni lagu wajib “we are musician” dan lalu pilihan bebas, dengan syarat memasukan partitur ke dewan juri untuk menilai kreatifitas. (MCAMBON,PM/MP)

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *