Doa Bersama Untuk Pemulihan Kota Ambon Ustad Al Habsyi: Pemimpin dan Rakyat Tak Bisa Dipisahkan

Ambon-PPID, Doa zikir bersama ini berlangsung di gedung islamic center, dihadiri Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, SH, Wakil Walikota Ambon, M. A. S. Latuconsina, ST., MT, pimpinan TNI/Polri, para pejabat dan para PNS di lingkup pemkot, serta umat muslim dari anak-anak hingga orang tua.

DOAAcara doa zikir bersama ini berlangsung penuh hikmad, dan doa ini dipimpin oleh Ustadz Ahmad Al Habsyi, Kamis (5/9).

Semua yang terjadi dalam kehidupan ini diyakini tak bisa dilepas pisahkan dari tuntunan dan penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu, ungkapan syukur ke hadirat Sang Pencipta menjadi penting dalam mewujudkan ketakwaan sebagai insan ciptaan-Nya.

Berkenaan dengan penyertaan Sang Pencipta terhadap berbagai bencana dan akan bertambahnya usia Kota Ambon pada 7 September 2013 menjadi 438 tahun, Umat Muslim di Kota Ambon Manise ini menggelar Doa Bersama di Islamic Centre Ambon, Kamis, 5 September.

Wakil Wali Kota Ambon M. A. S. Latuconsina, ST., MT mengatakan saat itu di tempat yang sama dengan acara yang sama mereka mensyukuri perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga warga kota bisa menjalani kehidupan sebagai orang-orang beriman meski diterpa berbagai bencana.

’’Kita syukuri tahun ini kita dapat cobaan lewat bencana,  cobaan dalam rangka kita bertawakal. Doa bersama ini bertujuan untuk tetap dekatkan diri kita dengan Sang khalik, Pencipta kita, yang dilaksanakan dua hari, hari ini muslim, dan pertengahan September untuk umat Kristen,’’ katanya.

Dikatakan Latuconsina, apapun kita rencanakan dan inginkan, keputusan akhir ada di tangan Tuhan. ’’Bersyukur undangan kepada ustad bisa memberikan tausiah sehingga menguatkan kita dalam menghadapi segala cobaan di kota ini. Kita doakan kota ini agar tehindar dari marabahaya, bencana alam dan konflik sosial, sehingga masyarakat bisa melanjutkan hidup dan Ambon jadi kota yang baik seperti kota lain,’’

Ustad Ahmad Al Habsyi yang memberikan siraman rohani dalam doa bersama itu meminta dalam konteks keimanan jangan ada yang merasa sebagai penceramah dan ada yang merasa sebagai orang yang diceramahi. ’’Kalau hari ini Allah takdirkan saya bertemu dengan orang Ambon, jadi saya harus belajar bahasa Ambon karena kita bisa semakin akrab dan saya anggap ini di rumah sendiri. Warna kulit, seragam, ras dan lainnya bisa beda tetapi hati kita harus selalu sama. Kalau Allah saja yang jelas-jelas Maha Mulia, memuliakan nabi kita. Pertanyaan saya apakah gak malu kita yang hina ini gak mau memuja nabi kita,’’ jelasnya.

Dia menambahkan ’’Kalau Allah saja yang Maha Pencipta, menciptakan kita semua dan memiliki alam semesta dan segala-galanya, bersalawat untuk nabi kita. Pertanyaannya apa gak malu kita yang gak punya apa-apa, manusia lemah gak mau bersalawat kepada nabi kita. Mau presiden sekali pun di hadapan kita, jangan dulu kita muliakan dia sebelum kita muliakan para pewaris nabi, para guru, para ulama. Kalau hari ini presiden meninggal, besok rebutan orang jadi penggantinya. tetapi kalau ulama meninggal belum tentu 10 tahun, 20 tahun atau 30 tahun ada yang menggantikannya’’.

Al Habsyi menyebutkan ada kalimat gaul “masalah buat loe?” ’’Tidak boleh begitu karena secara tidak langsung kita telah mendoakan orang itu hidup banyak masalah, itu kalimat yang gak baik. Makanya saya ganti kalimat gaul ini dengan plesetan sendiri jadi ’’mosolah buat loe’’, supaya orang itu jadi rajin solat. Hari ini saya tidak merasa sedikit pun seperti orang asing dan tamu. Tapi hari ini saya betul-betul merasa seolah-olah  Allah sedang mempertemukan saya dengan semua keluarga saya di sini. Serius jadi cius,  dia tidak masuk sorga tapi masuk sorga. Jadi intinya mari kita bekerja sama-sama, hidup jadi berkah. Ambon gak akan jadi makmur, dapat MURI kalau tidak ada kerja sama wali kota dengan rakyat. Kalau pemimpin dan rakyat dipisahkan akan kacau. Kalau di negeri ini semua mau jadi pemimpin, lalu siapa mau jadi rakyat. Emang mau pimpin tuyul. Kalau semua rakyat, tanpa ada pemimpin juga akan kacau,’’ terangnya.

Dicontohkan atasan dan bawahan tidak bisa dipisahkan adalah celana dan baju. ’’Seng bisa sendiri-sendiri. Kita lahir karena produk perbedaan, perempuan dan laki-laki lalu jadi anak. Ini pesan yg sederhana, yang namanya atasan dan bawahan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, jaga terus semangat kebersamaan, jangan mimpi Ambon mau jadi berkah kalau kita selalu besar-besarkan perbedaan tapi malu gali nilai persamaan di antara kita. Perbedaan itu Allah hadirkan sebagai bukti kebesaran Allah kepada kita,’’ pungkasnya. (HT/JW)

Please follow and like us:

Comments are closed.